Selamat membaca
Naskah Drama
Judul : Indahnya Karunia Allah
Nama pemain : Ach.Bambang Eko P Sebagai “Bambang”
Anis Indah Sebagai “Indah”
Evita Shella Putri Sebagai “Shella”
Farzana Sebagai “Ustadzah Farzana”
Fauzan Risqullah A. Sebagai “Fauzan”
Fenti Dwi Sebagai “Prolog”
Moh. Firdaus Bahri A. Sebagai “Ustzad Firdaus”
Nur Hasanah Sebagai “Ustadzah Ana”
Nur Inna Afiyah Sebagai “Afiyah”
Raudatul Jannah Sebagai “Ustadzah Jannah”
Setting tempat : Kelas, taman, ruangan usdtad Firdaus, di luar kelas
Di sutradarai oleh : Evita Shella Putri
Indahnya Karunia Allah
Seluruh santri memasuki kelas masing-masing karna lonceng telah berbunyi. Begitu pula dengan para ustad dan ustadzah yang siap mengajar, tampak halaman pondok pesantren telah sepi. 3 hari yang lalu ada seorang santri perempuan yang memasuki Pondok Pesantren Darul Qur’an, namun santri tersebut kurang di segani oleh santri-santri lain karna sikapnya yang sombong dan acuh. Santri tersebut bernama Shella. Usai memasuki kelasnya Shella tampak kesal dan kebingungan. Ia mengacak-acak isi tasnya, lalu berteriak pada teman-temannya.
Shella : “Hei, siapa yang mengambil bukuku!! Dasar orang kampung, gak mampu ya buat
Beli buku?” (teriak Shella dengan berapi-api)
Indah : “Hei Shella, jaga mulutmu. Kamu jangan sembarangan ya kalau bicara”
Afiyah : “Baru tiga hari saja sudah bikin onar, apalagi bertahun-tahun, bisa hancur pesantren
ini” (timpal Afiyah dengan nada yang ketus)
Shella : (Menghampiri Afiyah) “Apa kamu bilang?”
Afiyah : “Heh santri baru, kamu jangan belaga bos disini. Kamu itu baru tiga hari tinggal
Disini sudah bikin onar. Kamu kan dari kota, harusnya kamu tau beretika kan?”
(berdiri menatap Shella dengan tajam)
Shella : “Untuk apa aku gunakan etikaku untuk maling seperti kalian. Baru tiga hari saja
Sudah kehilangan buku, mungkin kalau sudah sebulan bisa-bisa aku kehilangan
semua barang-barangku ya kan?”
Afiyah : “Pergi saja kamu dari Pondok pesantren ini, siapa pun tak akan butuh orang
sepertimu. Mungkin orangtuamu membawamu kesini karna mereka sudah tidak kuat
dengan ulahmu yang seperti binatang. Sadar diri dong… Oh atau jangan-jangan
kamu itu siluman ya? Manusia siluman ular mungkin? Hiiii… hahaha” (Afiyah Tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya. Shella yang diejek oleh Afiyah semakin kesal lalu menarik kerudung Afiyah dengan kasar. Keduanya saling menjambak dan berkelahi, sedangkan teman-teman yang lain ikut menyorak keduanya dan membuat kelas menjadi gaduh. Tanpa mereka ketahui, tiba-tiba ustadzah Farzana memasuki kelas dan melihat Afiyah dan Shella berkelahi. Ustadzah Farzana tersentak kaget dan melerai keduanya.)
Farzana : “Astaghfirullah hal’adzim… Apa-apaan kalian ini, kalian berdua maju kedepan”
(Afiyah dan Shella pun berjalan ke meja guru dimana ustadzah Farzana sudah
menunggu mereka dengan wajah yang geram) “Afiyah, Shella, mengapa kalian
berkelahi?”
Shella : “Afiyah mengejek saya ustdzah”
Afiyah : “Bohong ustdzah, dia itu bikin onar di kelas kalau tidak percaya tanya saja pada
teman-teman” (timpal Afiyah)
Farzana : “Benar itu Shella?”
Shella : “Tidak ustdzah Afiyah berbohong, justru teman-teman yang mencuri buku saya
Ustadzah”
Afiyah : “Disini tidak ada maling Shella”
Shella : “Lalu bagaimana bisa bukuku hilang?”
Afiyah : “Itu karna kamu tak hati-hati menaruhnya”
Shella : “Oh.. jangan-jangan kamu ya yang mengambil bukuku?”
Afiyah : “Enak saja kamu berbicara, itu fitnah namanya”
Farzana : “Tutup mulut kalian semua. Sekarang kalian berdiri di ujung pintu sana dengan
satu kaki.Cepat pergi!” .”(keduanya pun mendekati pintu dan berdiri dengan satu
kaki, mereka menggerutu dengan wajah yang murung) Ingat, sampai pelajaran saya
berakhir kalian tetap berdiri dengan satu kaki “Anak-anak, ustzdah berharap
kejadian ini tidak terulang kembali”
Semua Santri : “Iya ustadzah…”
Farzana : “Baik kalau begitu, kita langsung saja ke pelajaran. Maaf tadi ustadzah sedikit
terlambat..” (Semua murid mengeluarkan buku dan ustdzah Farzana mulai mengajar)
“Kali ini saya akan mengajarkan bagaimana pentingnya sholat, ada yang tahu apa
Saja pentingnya sholat?” (semua murid terdiam) “mungkin Bambang mau
Menjawab?” (mengarah pada Bambang yang uring-uringan)
Fauzan : “Anis tahu ustadzah” (menoleh pada anis yang sibuk membaca buku)
Anis : “Lho kok aku?”
Fauzan : “Ya kan kamu yang paling pinter disini”
Farzana : “Ya silahkan Anis menjawab”
Anis : “Baik ustadzah. Jadi sholat itu sebagaimana kita tahu hukumnya adalah wajib.
Sholat sebagai penenang Jiwa Raga dan Dunia. Oleh karna itu, Allah memerintahkan
Kita untuk sholat agar selalu dijauhkan dari penyakit fisik, penyakit jiwa dan agar
Tetap selalu mengingatnya”
Farzana : “Ya jawaban yang bagus anis, sedikit tambahan mengenai pentingnya sholat,
Soal ketenangan jiwa adalah janji Allah yang sudah pasti akan diberikan kepada
orang yang shalat. Ada jaminan yang pasti bahwa orang yang benar dalam shalatnya
bakal memperoleh ketenangan ini. Allah berfirman “Tegakkan shalat untuk mengingat-
Ku.“(Qs. Thaha: 14) dan ada lagi “Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi
tenang.” (Qs. Ar-Ra’du: 28) “ (bel berbunyi) “Baik anak-anak saya akhir pelajaran kali
ini. Wassalamu’alaikum wr.wb”
Santri : “Walaikum salam wr.wb”
Bel telah berbunyi, pertanda para santri akan mendapatkan waktu istirahat. Semua santri berhamburan keluar kelas. Afiyah dan Shella tampak lega karna pelajaran dari ustadzah Farzana telah usai. Shella pun kembali ke tempak duduknya, ia meminum setenggak air dari botol yang ada di mejanya. Sedangkan Afiyah pergi bersama teman-temannya keluar kelas. Mereka bertatapan layaknya anjing dan kucing. Tatapan itu seakan mewakili hati mereka yang masih berapi-api. Setelah agak tenang dengan tidak adanya Afiyah dan teman-temannya, Shella berniat duduk-duduk ditaman sendirian. Tak sengaja saat berada di antara pohon taman ia melihat Ustadzah Farzana dan ustadzah Jannah duduk membelakanginya. Mereka membicarakan sesuatu yang cukup serius. Karna iseng, Shella diam-diam mendengarkan pembicaraan keduanya.
Jannah : “Ustadzah sampai kapan akan begini terus”
Farzana : “Sampai kapan bagaimana ustadzah? Saya saja tidak mengerti dengan apa yang
Ustadzah maksud” (merengut menghadap ustadzah jannah)
Jannah : “Sudahlah ustadzah, mata ustadzah sendiri yang mengatakannya. Mata itu tidak
Bisa berbohong lho ustadzah. Tiap kali saya memergoki ustadzah melihat atau
menatap ustad Firdaus, ustadzah selalu saja menatapnya dengan pandangan yang
berbeda.”
Farzana : “Lalu?”
Jannah : “Ya… Jujur sajalah kalau ustadzah suka. Ustad Firdaus kan juga tampan, baik, dan
Beriman sudah pas lah untuk dijadikan seorang suami. Umur kalian kan sudah sama-
sama matang, cukup lah untuk menikah.”(Tersenyum)
Farzana : “Apa? Bagaimana mungkin ustadzah? Konyol sekali jika ada seorang perempuan
Yang menyatakan cintanya terlebih dahulu pada lelaki yang dicintainya”
Jannah : “oh ternyata benarkan ustadzah menyukainya?”
Farzana : “Iya ustadzah, tolong rahasiakan ini. Saya sudah lama menyimpannya rapat-rapat.
Saya sangat malu pada guru pengajar dan para santri jika rahasia ini sampai bocor”
Shella tersentak kaget, ia pun pergi diam-diam dan berlari menuju kelasnya. Sedangkan ustadzah Jannah dan Ustadzah Farzana akan beranjak pergi.
Farzana : “Ayo ustadzah kita ke kantor, saya sebentar lagi akan mengajar”
Jannah : “Mari ustadzah”
Setelah Sampai dikelasnya Shella duduk dengan nafas yang terengah-engah. Beberapa saat kemudian Ustadzah Ana datang. Semua murid yang ada dikelas berbondong-bondong memasuki kelas.
Ana : “Maaf anak-anak menganggu jam istirahat kalian sebentar. Ustadzah akan
memberikan informasi mengenai Maulid Nabi yang akan kita selenggarakan
seminggu lagi”
Semua siswa sangat ramai dan tak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh ustadzah Ana, tiba-tiba serentak hening ketika sesosok lelaki dewasa yang tampan memasuki kelas. Semua mata tertuju pada Lelaki itu. Suaranya yang merdu mengucapkan salam.
Firdaus : “Assalamu’alaikum” (mengetuk pintu)
Semua : “Waalaikum salam”
Firdaus : (menghampiri) “Maaf ustadzah mengganggu, saya hanya ingin meminta tanda
tangan ustadzah saja untuk keperluan proposal” (memberikan kertas)
Tanpa sengaja tangan Ustadzah Ana memegang tangan ustad Firdaus, semua tercengan. Sedangkan ustadzah Ana dan ustad Firadaus tampak malu-malu. Ustadzah ana pun segera melepas tangannya
Ana : “Maaf-maaf ustad, saya tidak sengaja”
santri : “Cieeeee… suit suit….” (semua santri menyorak)
Indah : “Ustadzah, ustad Firdaus mau minta tanda tangan, bukan minta pegangan tangan”
Santri : (Tertawa terbahak-bahak)
Ana : “Hei kalian diam semuanya!!”
Santri : “Cieee… ustadzah malu-malu” (menghiraukan ucapan ustadzah)
Ana : “Ya sudahlah terserah kalian” (kesal dan meninggalkan ustadzah Firdaus dan para
santri)
Semua santri tampak membicarakan kejadian itu. Mereka tertawa, dan mengabaikan ustad Firdaus yang ada didepan
Firdaus : “Diam!!!!!” (Suaranya keras dan menggelegar, serentak semua santri diam) “Kalian
Ini tak paham ya caranya menghargai orang yang lebih tua? Awas ya, kalian di mata
Pelajaran saya akan mendapatkan nilai C satu kelas.
Fauzan : “Lho, jangan pak… kami menyesal”
Firdaus : “Diam!!! Kenapa kalau sekarang kalian menyesal? Kenapa sebelum bicara itu ya
dipikir dulu. Yasudahlah kalau begini saya sangat kecewa pada kalian.
Assalamu’alaikum (keluar kelas)
Ustad Firdaus keluar, tak lama kemudian Shella maju ke depan kelas. Mukanya sangat lesuh dan tidak bersemangat.
Shella : “Gara-gara ulah kalian kita semua mendapat nilai C, padahal tadi aku sama sekali
tidak ikut mengerjai Ustadzah Ana.“ (seluruh santri diam dan menundukkan
kepalanya kecuali Afiyah) “Asal kalian tau saja, ustdzah Ana itu tidak suka pada
ustad Firdaus. Ada ustadzah lain yang aku rasa pantas menjadi istri ustad Firdaus.
Dan aku yakin sekali uztadzah tersebut memang benar-benar suka pada ustad
Firdaus.”
Afiyah : “Disaat seperti ini pun kamu masih mengada-ngada, Yasudah lah teman-teman kita
Jangan pedulikan dia, kita keluar saja yuk” (Semua santi meninggalkan kelas kecuali
Shella)
Shella kembali ke mejanya. Ia terduduk diam membaca buku di kelasnya. Hatinya penuh gelisah saat itu. Ia takut sekali mengecewakan orangtuanya karna mendapat nilai C. Tiba-tiba dari arah pintu Bambang memanggil Shella.
Bambang : “Hei Shella!! Shella…” (Shella tak menghiraukan) “Hei Shella, kamu ditunggu
ustad Firdaus dimejanya. Kalau tidak percaya ya sudah.”
Shella pun berdiri dan menutup bukunya. Ia beranjak meninggalkan mejanya dan pergi menemui ustad Firdaus. Setelah sampai, ia tampak ragu-ragu memasuki ruangan ustad Firdaus. Ustad Firadaus yang mengetahui kedatangannya menyuruhnya masuk.
Firdaus : “Shella masuk”
Shella : “Assalamu’alaikum ustad” (memasuki ruangan ustad Firdaus yang begitu rapi)
Firdaus : “Wa’alaikumsalam warahmatuwahi wabarakatu. Shella, ustad begitu kecewa
dengan kejadian tadi. Itu tidak sepatutnya kamu dan teman-temanmu lakukan”
Shella : “Maaf ustad, tapi saya tidak ikut mengerjai ustadzah Ana. Saya berani sumpah
ustad”
Firdaus : “Sudah kamu jangan bersumpah-sumpah, itu tidak baik, Oh iya, ustad ingin
Menanyakan sesuatu padamu.”
Shella : “Apa ustad?”
Firdaus : “Ustad tadi mendengar pembicaraanmu selepas ustad meninggallkan kelas. Kamu
Bilang ustdzah Ana itu tidak suka pada ustad Firdaus. Dan ada ustadzah lain yang
suka pada ustad Firdaus. Memangnya siapa ustadzah lain itu Shella?”
Shella : “Ustdzah Farzana ustad”
Fidaus : “Kamu tau dari siapa? Ustad tidak mau ada santri yang berbohong”
Shella : “Tadi saya tak sengaja mendengar pembicaraan ustdzah Farzana dan ustadzah
Jannah di taman. Mereka membicarakan perasaan ustdzah Farzana kepada ustad.
Ustadzah Farzana sendiri yang bilang kalau ustdzah suka sama ustad”
Firdaus : “Shella, tidak baik menguping pembicaraan orang lain. Apalagi itu masalah
pribadi.”
Shella : “Maaf ustad saya benar-benar tidak sengaja”
Firdaus : “Ya sudah, jangan ulangi lagi. Dan tolong kamu jangan bocorkan lagi cerita ini
pada yang lain. Mengenai nilai, kamu tidak mendapat nilai C karna ustad yakin
kamu tidak mengerjai ustadzah Ana tadi. Silahkan kembali ke kelas Shella”
Shella : “Baik ustad. Assalamu’alaikum”
Firdaus : “Wa’alaikumsalam”
Senyum sumbringah melengkung di bibir Shella. Hari ini banyak sekali pelajaran moral yang didapatinya. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri. Semenjak masuk pesantren, hatinya merasa semakin damai. Banyak sekali khaidah-khaidah islam yang belum ia ketahui sebelum masuk pesantren. Sedangkan ustad Firdaus, tampak berbunga-bunga karna tahu ustdzah Farzana menyukainya. Ia pun mendatangi ustadzah Farzana yang sedang mengajar di salah satu kelas. Ustad Firdaus mengajaknya untuk keluar kelas.
Farzana : “Ada hal penting apa ustad? Kok saya di panggil keluar kelas?”
Firdaus : “Ini sangat penting ustdzah. Saya ingin mendiskusikan pernikahan saya ini dengan
ustadzah”
Farzana : (kaget) “Oh ustad Firdaus mau menikah. Kalau boleh tau siapa orang yang akan
menikah dengan ustad?”
Firdaus : “Ustadzah, Ustadzah lah orangnya. Selama ini saya mencintai ustdzah secara diam-
diam. Dan saya tak lagi mencari seorang pacar. Ibu saya menyuruh saya untuk cepat-
cepat menikah. Mungkin ustdzah lah orang yang tepat untuk menjadi istri saya.
Selain ustadzah pintar ustdzah juga orang yang sholehah. Setiap malam saya
meminta restu kepada Allah agar diberikan yang terbaik dan mungkin inilah saatnya
saya mengatakan ini pada ustadzah”
Farzana : “Alhamdulillah… do’a saya selama ini dikabulkan oleh Allah.” (tersenyum)
Firdaus : “Benarkah itu ustadzah?”
Farzana : “Benar ustad, selama ini saya juga selalu berdo’a agar cepat-cepat diberikan
Pendamping hidup. Dan saya berharap sekali jika ustad lah yang bisa menjadi imam
saya nantinya”
Firdaus : “Alhamdulillah… saya senang sekali ustadzah. Saya akan mengabari keluarga saya
Tentang acara lamaran kita nanti. Terimah kasih ustadzah”
Farzana : “Terimah kasih kembali ustad. Saya tidak menyangka akan kejadian hari ini.
Semua ini karna Allah SWT. Sungguh indah sekali karunia-Nya…”
Satu bulan kemudian ustad Firdaus dan ustadzah Farzana menikah. Shella sangat bahagia sekali mendengar kabar itu. Ustad Firdaus sangat berterimah kasih padanya karna berawal darinya ustad Firdaus dan ustadzah Farzana bisa bersama. Namun sekarang Shella tak lagi mencari ilmu di Pesantren Darul Qur’an. Kini ia bersekolah di mesir mengikuti jejak ustadzah Farzana untuk mendapat gelar sarjana disana. Sungguh indah karunia Allah…